Agustus 2016

IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID - Jakarta, Suasana kerukunan beragama di Indonesia kembali diuji. Ahad (28/8), Kota Medan dikagetkan dengan upaya teror berupa percobaan "bom bunuh diri" dengan pelaku seorang pemuda, IAH, berusia 17 tahun. Meskipun bom gagal meledak dan tidak ada korban jiwa, peristiwa ini patut dijadikan bahan pelajaran.

Ketua Umum Pimpinan Pusat Gerakan Pemuda Ansor, Yaqut Cholil Qoumas, dalam rilisnya, menyebutkan bahwa kini gerakan terorisme telah menyasar beragam usia. Gerakan ini telah berhasil merekrut anak-anak muda untuk dicuci otaknya, kemudian diproyeksikan menjadi "pengantin".

Lebih jauh Gus Yaqut, panggilan akrabnya, mengatakan, "GP Ansor mengutuk keras upaya bom bunuh diri ini. Juga mendorong kepolisian mengusut tuntas pihak-pihak yang terlibat dan yang memerintah IAH."

Melihat realitas ini, lanjutnya, GP Ansor mengimbau kepada segenap elemen bangsa terutama ormas keagamaan untuk tidak menoleransi tumbuhnya benih-benih terorisme. Menurutnya, upaya bom bunuh diri di Medan secara jelas menunjukkan betapa kelompok-kelompok teror telah melebarkan sayapnya dengan merekrut anak-anak muda untuk dikorbankan.

“Oleh karena itulah, ormas harus menjadi pelindung bagi generasi muda. Dengan demikian, harus berperan pula sebagai benteng pertahanan yang melawan segenap upaya menumbuhkan benih-benih terorisme," tegas Ketua Umum PP GP ansor.


IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID - Semarang: Menpora Imam Nahrawi didampingi Staf Khusus Pemuda Zainul Munasichin, Staf Ahli Ekonomi Kreatif Jonni Mardizal, Kepala Biro Humas dan Hukum Amar Ahmad, Kepala Dispora Jawa Tengah Budi Santoso, Wakil Ketua DPRD Jawa Tengah Sukirman  hari Kamis (25/8) malam secara resmi mengukuhkan Kader Pemuda Anti Narkoba (KPAN) dari 400 Desa 10 Kabupaten di Aula Gradika Bhakti Praja, Kantor Gubernur Jl. Pahlawan, Semarang, Jawa Tengah.
Menpora merasa senang dan bangga dapat bertemu dengan adik-adik KPAN se-Jawa Tengah. "Selamat, jadikan itu sebagai pengetahuan ilmu ketrampilan, karena tidak mudah menjadi KPAN apalagi di tengah masyarakat. Kita akan merekrut paling tidak 20 pemuda perdesa tanpa dana untuk bersama- sama menyampaikan perang terhadap narkoba," ucap Menpora.
Menurutnya kegiatan ini adalah implementasi sebagai pemimpin muda yang harus bisa menyebarkan virus positif kepada masyarakat dengan cara yang baik dan mudah dimengerti. Menpora mencontohkan, kaos/kostum yang sedang dipakai untuk sering dipakai sebagai cara kampanye dan simbol jihad melawan narkoba.
Menurut Menpora, saat ini masalah kepemudaan sedang menghadapi masalah besar. Ia menilai ada upaya untuk menghancurkan bonus demografi Indonesia melalui narkoba, terorisme, pornografi, paham-paham baru yang negatif melalui teknologi canggih. "Olahraga menjadi jawaban dalam keberbedaan, dalam olahraga jika ingin meraih sukses tanggalkan keberbedaan ras, agama, suku, bahasa, jenis kelamin dan lainnya. Medali emas Olimpiade 2016 adalah bukti ridho Illahi kepada rakyat Indonesia dalam keberbedaan, melaui tangan Owi/Butet, mereka berhasil mengibarkan Sang Saka Merah- Putih dan mengumandangkan Lagu Indonesia Raya di even olahraga tertinggi dunia," ucapnya mencontohkan.
"Suatu saat kalian akan menjadi pengganti kami, mulailah dengan karakter yang kuat insyaallah Allah akan meridhoi, tetapi itu semua pasti melalui proses panjang yang harus dilalui, kebaikan apapun harus kalian lakukan di lapangan, istiqomah mengahadapi apapun, berbuatlah terbaik meskipun perbuatan baik itu kadang tidak diterima dengan baik pula yakinlah Allah SWT, Tuhan YME meridhoi kita semua," pesan Menpora.
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo selaku tuan rumahpun memberikan wejangan pada sesi pembekalan kepada para kader KPAN, menurutnya media sosial menjadi alat yang baik untuk bersosialisasi terkait narkoba. "Sosial media menjadi alat yang efektif untuk menyebarkan bahayanya narkoba dengan bahasa yang mudah dicerna, saya mendorong kepada para anak muda apabila ingin berkampanye maka yang diperlukan adalah inovasi, ada banyak cara enovasi yang dikembangkan, jadilah pemuda yang berprestasi seperti atlet peraih medali emas di Olimpiade 2016 Owi/Butet, Sri Wahyuni dan Eko Yuli," ucap Ganjar.
"Saya mengajak kepada komunitas- komunitas mulai dari komunikasi terkecil agar saling berinteraksi aktif melalui grup di sosial media apapun dan setiap hari harus berdiskusi mengenai bahaya narkoba dengan saling tanya jawab, ada banyak cara enovasi yang bisa untuk dikembangkan, silakan menyasar kepada masyarakat yang telah terkena narkoba, saya percaya kalian pasti bisa," ucap Ganjar.
Kepala BNN Budi Waseso yang hadir langsung pada acara ini menyampaikan kerugian dari bahaya penyalahgunaan narkoba. "Kerugian dari penyalahgunaan narkoba setidaknya sekitar Rp 63,1 triliun, peredaran narkoba saat ini telah menyasar ke anak-anak sebagai renegerasi pangsa pasar, ditambah saat ini seluruh lapisan masyarakat telah terkontaminasi narkoba mulai dari TNI Polri, BNN, kementerian/lembaga, bahkan pondok pesantren," paparnya.
"Jaringan narkoba bersifat internasional dengan dukungan modal yang besar dari negara-negara Afrika Barat, Iran, Tiongkok, Malaysia dan Eropa ditambah pula penegakan hukum di Indonesia belum mampu memberikan efek jera kepada penjahat narkoba," tambahnya.
Sebelumnya Asdep Peningkatan Wawasan Pemuda Mulyadi Adnan dalam laporannya mewakili Deputi Bidang Pemberdayaan Pemuda mengatakan, kegiatan pembekalan dan pengukuhan ini diikuti sedikitnya 400 pemuda Kader Pemuda Anti Narkoba dari 10 Kabupaten yakni Tegal, Pekalongan, Semarang, Brebes, Cilacap, Batang, Purbalingga, Temanggung dan Kendal masing-masing kabupaten mengirimkan 40 pemuda terbaiknya guna mencetak sedikitnya 27.500 Kader Pemuda Anti Narkoba di 1.300 desa dari 3 provinsi (Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat).
"Pelatihan yang diadakan selama 2 hari ini diberikan materi seperti pengenalan jenis narkotika, strategi Pencegahan dan Pemberantasan Penyalahgunaan dan Peredaran Gelap Narkoba (P4GN) dari BNN, testimoni bahaya adiktif narkoba, komunikasi efektif, serta materi pendukung terkait," kata Mulyadi.
Sebagai tindak lanjut program ini lanjutnya, para kader ini akan ditugaskan untuk penyuluhan terhadap 26.000 KPAN yang tersebar di 1.300 desa. "Nantinya akan ada 21 KPAN di setiap desa, kami berharap aksi ini mampu mendukung keberhasilan program KPAN di masa depan," ucap Mulyadi.

IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID - (Muslim Pulungan : Wakil Ketua Umum PP IPNU)
Jakarta 22/08/2016
Beberapa minggu terakhir, isu kenaikan harga rokok di Indonesia sangat Ramai. Wacana tersebut menarik perhatian berbagai pihak, baik dikalangan pemerintah maupun swasta. Isu kenaikan harga ini memang sedang digodok oleh pemeritah, hasil riset Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Berdasarkan hasil visual PKPA jumlah perokok dikalangan pelajar di Indonesia yaitu 37% jumlah ini akan terus meningkat bahkan 10% perokok adalah usia 10 tahun, ini menunjukkan tingginya pengkonsumsi rokok dikalangan pelajar.Melihat dari banyaknya jumlah perokok dikalangan pelajar khususnya di Indonesia, PP IPNU sebagai organisasi pelajar sangat miris melihat keadaan seperti sekarang ini, PP IPNU sangat sadar akan bahaya rokok baik perokok yang aktif maupun yang pasif.
Hasil penelitian yg dilakukan oleh Yayasan Jantung Indonesia memperlihatkan bahwa 77% pelajar yang mengkonsumsi rokok adalah karena temannya sendiri. Yang tanpa disadari tubuh mereka telah dimasuki oleh racun-racun dalam rokok. Kanker paru-paru dan penyakit jantung ini adalah resiko bagi yang merokok di usia dini. Selain itu kesehatan kulit tiga kali lipat lebih beresiko terdapat keriput di sekitar mata serta mulut.Menurunkan kualitas reproduksi. Merokok pada usia awal juga bisa menyebabkan impotensi bagi pria dan mengurangi tingkat kesuburan bagi wanita. Bahkan dari sekian banyaknya para perokok adalah bisa menghilangkan stress. Bukti medis memperlihatkan bahwa merokok tidak bisa menenangkan. Efek sementara dari nikotin inilah yg membuat ketenangan sesaat. Setelahnya, jika rokok telah habis, maka stress akan kembali lagi.
Menanggapi wacana pemerintah tentang menaikan harga rokok PP IPNU setuju dengan wacana tersebut. Karna dengan menaikan harga rokok hingga 50000 dapat menekan laju pertumbuhan pengkonsumsi rokok, menurut PP IPNU ini adalah langkah yang tepat dalam pengambilan kebijakan oleh pemerintah.
Namun disisi lain dalam pengambilan keputusan, pemerintah juga harus bisa memproteksi para pelaku usaha dan petani tembakau, karna tanpa adanya proteksi yang tepat akan menjadi polemic dikalangan pengusaha rokok dan petani tembakau, yang sudah dikenal dimancanegara, karna kita bisa bayangkan banyak petani tembakau, pelaku usaha, hingga buruh yang akan terkena imbasnya.
Pemerintah juga harus sadar ditengah opini public yang menelisik rokok dari sisi negative, rokok juga harus bisa dilihat dari positifnya, disaat keadaan seperti sekarang bea tertinggi untuk Negara adalah rokok termasuk pemasukan terbesar bagi pemerintah saat ini. Dapat dibayangkan berapa jumlah pengangguran yang terkena imbasnya karna gulung tikarnya pabrik rokok, dan bangkrutnya petani rokok.
PP IPNU menyadari akan negatifnya rokok dan mendukung kebijakan itu, akan tetapi pemerintah juga harus mampu mencari solusi agar semua tidak ada yang dirugikan, baik dari segi Ekonomi, kesehatan dan budaya.

IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID - Tidak lama lagi musim haji tiba. Bertepatan dengan itu, sebagian saudara kita yang sudah mencukupi persyaratan dan mampu akan berangkat ke tanah suci. Di sana mereka akan menunaikan rukun kelima Islam.

Sebelum berangkat haji, mereka biasanya melakukan tasyakuran atau selamatan. Tradisi ini kelihatannya sudah membumi di Nusantara. Hampir di semua daerah ditemukan tradisi ini, meskipun dengan nama yang berbeda-beda. Secara umum mereka menyebutnya walimah safar.


Istilah ini memang jarang ditemukan dalam litaratur fikih. Tapi sebenarnya ada istilah yang hampir mirip, yaitu naqi’ah. Hanya saja, istilah naqi’ah secara spesifik digunakan untuk menyambut kedatangan musafir, terutama yang balik dari perjalanan jauh semisal haji. Masyarakat menyambutnya dengan mengadakan walimah atau acara makan-makan. Naqi’ah ini bisa diadakan oleh musafir itu sendiri atau masyarakat yang menyambutnya.

Al-Nawawi dalam Al-Majmu’ Syarah Al-Muhadzdzab berpendapat:
يستحب النقيعة وهي طعام يعمل لقدوم المسافر ويطلق على ما يعمله المسافر القادم وعلى ما يعمله غيره له

Artinya, “Disunahkan melangsungkan naqi’ah, yaitu makanan yang dihidangkan karena kedatangan musafir, baik disiapkan oleh musafir itu sendiri, atau orang lain untuk menyambut kedatangan musafir.”

Pendapat ini didukung oleh hadis riwayat Jabir bahwa Nabi Muhammad SAW ketika sampai di Madinah selepas pulang dari perjalanan, Beliau menyembelih unta atau sapi (HR Al-Bukhari). Dalil ini memperkuat kesunahan mengadakan selamatan setelah pulang dari perjalanan jauh. Selamatan sebagai bentuk rasa syukur atas diselamatkannya musafir dari bahaya perjalanan.

Demikian pula dengan selamatan sebelum haji. Hukumnya dapat disamakan dengan naqi’ah. Terlebih lagi, substansi acaranya tidak melenceng sedikit pun dari syariat Islam. Di dalamnya terdapat unsur silaturahmi, sedekah, do’a, baca Al-Qur’an, dan lain-lain. Kendati istilah walimah safar jarang ditemukan dalam literatur hadits maupun fikih, bukan berarti mengadakannya dianggap haram atau bid’ah tercela.

Al-ibraru bil musamma, la bil ismi, yang diperhatikan ialah substansi yang dinamai, bukan soal nama itu sendiri. Berdasarkan prinsip ini, yang menjadi acuan dalam menghukumi sebuah perbuatan ialah isi dan substansinya. Selama isi dan substansinya tidak bertentangan dengan syariat Islam, ia diperbolehkan sekalipun istilah atau penamaannya tidak ditemukan di masa Rasulullah SAW.

Terlebih lagi, dalam Madzhab Syafi’i, istilah walimah tidak hanya dikhususkan untuk pesta pernikahan. Istilah walimah mencakup semua perayaan yang diselenggarakan lantaran mendapat rezeki yang tidak terduga atau kebahagian tertentu. Maka dari itu, menurut Madzhab Syafi’i kesunahan mengadakan walimah tidak dibatasi hanya untuk nikah, tapi juga disunahkan pada saat bangun rumah, khitan, pulang dari perjalanan, dan lain-lain. Pendapat ini sebagaimana dikutip Al-Jaziri dalam Al-Fiqhu ‘ala Madzahibil Arba’ah:
الشافعية قالوا: يسن صنع الطعام والدعوة إليه عند كل حادث سرور، سواء كان للعرس أوللختان أوللقدوم من السفر إلى غير ذلك مما ذكر

Artinya, “Madzhab Syafi’i mengatakan disunahkan menghidangkan makanan dan mengundang orang untuk memakannya pada setiap kejadian yang membahagiakan, baik saat pernikahan, nikah, kedatangan orang dari perjalanan, dan lain-lain.”

Merujuk pada pendapat di atas, tradisi walimah safar yang dilakukan masyarakat Nusantara sangat baik dilakukan. Pada saat itulah momen berbagi kepada sesama masyarakat atas kesempatan dan nikmat yang diberikan Allah SWT. Apalagi tidak semua orang yang diberikan kesempatan untuk berhaji.

Selain ajang silaturahmi dan sedekah, walimah safar merupakan bentuk rasa syukur atas peluang yang diberikan Allah SWT dan ajang meminta do’a kepada sanak-saudara supaya diselamatkan selama menjalani ibadah haji. Wallahu a’lam.

IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID - Kalau diperhatikan dari tahun ke tahun, persentase jemaah haji terus mengalami peningkatan. Dibandingkan puluhan tahun lalu, jemaah haji di masa sekarang lebih banyak. Banyaknya orang berhaji di masa sekarang tentu tidak terlepas dari mudahnya mendapatkan fasilitas haji.

Sekarang sudah banyak travel haji dan transportasi yang siap melayani keberangkatan haji. Apalagi sebagian travel menawarkan ongkos yang menggiurkan dan tidak terlalu mahal, bisa diangsur.


Mudahnya naik haji di masa sekarang ini patut kita syukuri. Kita tidak perlu lagi melakukan perjalanan berbulan-bulan untuk sampai di baitullah. Cukup duduk santai di pesawat, tunggu sekitar belasan jam, kita sudah sampai di Arab Saudi.

Namun, di balik kemudahan fasilitas itu ada sesuatu yang justru mengkhawatirkan menurut sebagian ulama, yaitu fenomena haji berulang kali.

Almarhum KH Ali Mustafa Yaqub termasuk orang yang berada di garda depan mengkritik fenomena haji berkali-kali ini. Menurutnya, lebih baik mendermakan ongkos haji itu untuk menyejahterakan kaum dhu’afa. “Af’alul muta’addi afdhalu minal qashir (ibadah sosial lebih baik daripada ibadah individual)” Itulah kalimat yang sering beliau sampaikan.

Kemunculan pendapat ini berkelindan dengan masih banyaknya problem kemiskinan dan kefakiran yang belum tuntas di negeri ini. Sehingga alangkah baiknya harta yang banyak itu digunakan untuk menyelesaikan problem ini, ketimbang beribadah haji berkali-kali. Terlebih lagi, haji kedua dan seterusnya hukumnya sunah, tidak wajib.

Kritik yang dilontarkan almarhum Kiai Ali ini sebenarnya sudah ditegaskan Imam Al-Ghazali sedari dulu. Dalam kitab Ihya Ulumuddin jilid tiga, ia menjelaskan panjang lebar terkait tipu daya. Siapa saja bisa terpedaya baik orang berilmu, sufi, maupun pemilik harta. Khusus bagi orang berharta (arbabul mal), di antara bentuk tipu dayanya adalah sebagai berikut:
وربما يحرصون على إنفاق المال في الحج فيحجوت مرة بعد أخرى وربما تركوا جيرانهم جياعا ولذلك قال ابن مسعود في آخر الزمان يكثر الحاج بلا سبب يهون عليهم السفر ويبسط لهم في الرزق ويرجعون محرومين مسلوبين يهوي بأحدهم بعيره بين الرمال والقفار وجاره مأسور إلى جنبه لا يواسيهِ

Artinya, “Mereka bersikeras mengeluarkan harta untuk pergi haji berulang kali dan membiarkan tetangganya kelaparan. Ibnu Mas’ud berkata, ‘Pada akhir zaman, banyak orang naik haji tanpa sebab. Mudah bagi mereka melakukan perjalanan, rezeki mereka dilancarkan, tapi mereka pulang tidak membawa pahala dan ganjaran. Salah seorang mereka melanglang dengan kendaraannya melintasi sahara, sementara tetangganya tertawan di hadapannya tidak dihiraukannya.”

Mereka menyangka dengan menghabiskan harta untuk naik haji berulang kali itu dianggap lebih mulia di sisi Allah, ketimbang mendermakan harta untuk fakir miskin. Inilah salah satu bentuk tipu daya bagi orang berharta menurut Al-Ghazali. Lebih baik kelebihan harta yang dimiliki diprioritaskan untuk membantu fakir miskin, pesantren yang terbengkalai, anak sekolah yang serba kekurangan, dan amal sosial lainnya.

Karenanya, kita perlu membuat skala prioritas dalam beribadah. Ketika di hadapkan dengan banyak peluang beribadah, pilihlah ibadah yang lebih banyak maslahatnya, baik untuk diri sendiri maupun orang lain.

Sebagaimana dikatakan ‘Izzuddin bin ‘Abdul Salam dalam Qawaidul Ahkam fi Mashalihil Anam, “Apabila dihadapkan dua kemaslahatan dalam satu waktu, usahakan melakukan keduanya. Bila tidak mungkin, dahulukanlah mana yang paling maslahat dan utama,” Wallahu ‘alam.

IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID -Tak diragukan, Islam sangat menganjurkan tiap orang untuk berempati kepada sesama, termasuk saat datang musibah sakit ataupun kematian. Anjuran ini tersebar dalam banyak teks hadits. Orang yang dijenguk pun bisa siapa saja, mulai dari keluarga, tetangga, ulama, hingga orang-orang yang membenci kita.

Menjenguk orang sakit adalah bagian dari ibadah yang utama. Saking pentingnya ibadah ini, dalam sebuah hadits riwayat Imam ath-Thabrani dijelaskan bahwa di antara kewajiban terhadap tetangga adalah menjenguknya kala sakit dan mengiringi jenazahnya saat meninggal dunia.



Penjenguk orang yang tertimpa musibah memiliki nilai lebih karena memang ia bukan sekadar penonton. Ada aspek solidaritas dalam aktivitas tersebut. Kehadirannya dibutuhkan sebab orang-orang yang sakit memerlukan ketenangan jiwa, motivasi, semangat, dan juga doa. Peran para penjenguk adalah memberikan itu semua. Lebih berfaedah lagi bila ada uluran tangan dalam bentuk lain, seperti biaya pengobatan atau sejenisnya.

Lantas, apakah tingkah sebagian penjenguk yang mengambil gambar orang sakit dan memublikasikannya ke media sosial seperti jamak dilakukan belakangan ini memenuhi etika tersebut? Foto-foto yang diumbar umumnya melukiskan kondisi pasien yang sedang tergolek lemah di atas ranjang, kadang bertelanjang dada, dan lengkap dengan cairan infus dan tancapan selang di rongga hidung dan mulut. Seberapa penting mengekspos gambar-gambar seperti ini?

Islam sangat menghormati privasi seseorang. Islam memuliakan manusia dan menjamin terlindunginya hak yang menyangkut kehormatan pribadinya. Termasuk jika privasi tersebut menyangkut dosa personal atau aib lainnya. Sebuah hadits mengingatkan:
مَنْ سَتَرَ مُسْلمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنيا وَالآخِرَة

“Barangsiapa menutup (aib/cacat) seorang muslim maka Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat.” (HR Muslim)

Orang-orang yang sakit bisa jadi sangat tidak menginginkan gambar tentang keadaan dirinya yang ringkih, nelangsa, dan tak berdaya, tersebar bebas di media sosial semacam Facebook, Twitter, Whatsapp, Instagram, BBM, atau lainnya. Walaupun, ia tahu ungkapan simpati dan doa pasti bakal membludak—bukan langsung kepada dirinya yang sedang sakit melainkan kepada akun si penyebar gambar. Tubuh adalah bagian dari citra kehormatan seseorang. Jika dalam kondisi normal sehari-hari saja seseorang berusaha berpenampilan bagus di hadapan orang lain, bagaimana mungkin dalam situasi “buruk” seperti itu rela ditonton banyak orang?

Para penjenguk barangkali bermaksud baik dengan mempublikasikan foto orang sakit. Bukan pamer kesalehan sosial, tapi sedang menggalang solidaritas dan doa dari lebih banyak orang lain. Atau mungkin sebatas menyampaikan informasi ke masyarakat bahwa si A tengah sakit. Namun, apakah penyebaran foto-foto itu sudah memperoleh izin dari yang bersangkutan? Tidak adakah cara yang lebih santun dan elegan dalam menggalang simpati selain dengan mengumbar foto-foto penderitaan dan ketidakberdayaan pasien?

Di sinilah perlunya dimengerti bahwa prinsip menjenguk orang sakit adalah meringankan beban penderitaan, atau minimal tak menambah ketidaknyamanannya. Niat baik memang penting, namun cara dan adab dalam mengejawantahkan niat tersebut juga tak kalah penting. Karena menyangkut privasi seseorang, maka yang harus ditekankan adalah restu atau izin dari si pemilik privasi. Karena menyangkut pula ranah publik, konten yang ditampilkannya pun seyogianya tak melanggar kepantasan di mata umum (‘urf). Garis etis ini tak hanya berlaku untuk foto penderita sakit, tapi juga gambar jenazah, korban kecelakaan, atau sejenisnya. Wallâhu a‘lam.

IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID - Jakarta, Kapolri Tito Karnavian bersama jajarannya melakukan kunjungan ke PBNU pada Kamis (18/8). Ia diterima oleh Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj.

Dalam pertemuan yang berlangsung di lt 3 gedung PBNU ini, baik Tito maupun Kiai Said membicarakan berbagai persoalan kebangsaan, seperti terorisme dan radikalisme, narkotika, dan lain sebagainya.

Kiai Said menyampaikan persoalan adanya gerakan antinasionalisme Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) yang sampai sekarang masih bergerak dengan bebas. Gerakan tersebut saat ini masih kecil dan lemah, tetapi jika tidak diantisipasi lebih dini bisa mengancam keutuhan bangsa.


Mengenai Front Pembela Islam (FPI), Kiai Said menyampaikan bahwa gerakan ini bukan gerakan Wahabi atau ingin mendirikan negara Islam, tetapi misinya ingin menegakkan amar makruf nahi mungkar. Sayangnya apa yang dilakukan tidak terkoordinasi dengan aparat keamanan.
"Jadinya malah merusak citra Islam yang damai," paparnya.

Dalam kesempatan tersebut Tito meminta pandangan PBNU tentang Majelis Tafsir Al-Quran (MTA) yang baru-baru ini bertemu dengannya. Ia meminta penjelasan tentang kasus antara Banser dan MTA baru-baru ini di Boyolali.

Kiai Said menjelaskan, ajaran MTA banyak yang membidah-bidahkan amaliah NU, salah satunya mengharamkan tahlil. "Berbeda itu biasa, tetapi kalau sampai menyalah-nyalahkan amaliah orang lain, itu yang tidak benar," paparnya.

Robikin MH, salah satu ketua PBNU memberikan penjelasan tambahan mengenai kasus di Boyolali. Kelompok MTA sebelumnya sudah diingatkan untuk tidak membikin provokasi di lingkungan warga NU, tetapi mereka tetap memaksa. Yang dilakukan Banser hanya upaya penghadangan saja, sampai akhirnya terjadi bentrokan kecil. 

Kiai Said menekankan, NU dari dulu sudah terlibat dalam banyak program pembangunan pemerintah. Tanpa diminta, para kiai NU sudah membimbing masyarakat. Ia mencontohkan kesuksesan program KB salah satunya berkat dukungan para kiai NU yang menjelaskan bahwa mengatur kelahiran tidak haram dalam Islam.

Kepada Tito, Kiai Said juga siap membantu program pemerintah seperti pentingnya membangun kesadaran hukum dengan melibatkan Ansor, Banser, dan Pagar Nusa. NU saat ini juga sedang membikin buku Fikih Bela Negara. MoU kerjasama tersebut akan dibuat dalam waktu dekat seusai pertemuan ini.

IPNUIPPNUKABSEMARANG.OR.ID - Bogor, Menteri Sosial RI yang juga Ketua Umum Pimpinan Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (PP Muslimat NU) Khofifah Indar Parawansa menjelaskan peran manusia dalam pengelolaan alam yang akhir-akhir ini kerap terjadi bencana. Manusia harus memperbanyak peran sosialnya sebab ia adalah makhluk sosial, bukan soliter. 

Prinsip ini disampaikan oleh Khofifah dalam memberikan pemantapan kepada para relawan bencana alam yang tergabung dalam Taruna Tanggap Bencana (Tagana) binaan Kemensos pada Kamis (18/8) di Bogor, Jawa Barat. 

Dalam kegiatan yang sekaligus memperingati Hari Kemanusiaan Sedunia tanggal 19 Agustus ini, Kemensos yang juga menggandeng Lembaga Penanggulangan Bencana dan Perubahan Iklim Nahdlatul Ulama (LPBINU) ini menyampaikan bahwa ketika seseorang membantu orang lain, itu sesungguhnya sedang memperkuat penghambaannya kepada Allah SWT.

“Ini keshalehan sosial yang menjadi penguatan keimanan manusia kepada Tuhannya,” ujar Khofifah memberikan motivasi di hadapan para relawan bencana.

Saat ini, lanjut mantan Ketua PMII Surabaya ini, terdapat 323 kabupaten/kota yang mempunyai risiko tinggi terhadap kemungkinan terjadinya bencana menurut data yang diperolehnya dari Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan potensi bencana ini, pemerintah tidak mungkin bekerja sendirian sehingga memerlukan sinergi dengan relawan maupun lembaga bencana dan kemanusiaan.

“Dampak bencana itu terjadi di segala aspek, baik ekonomi, pendidikan dan kesehatan. Jika semua ini tidak terlayani dengan, maka akan timbul bencana kemanusiaan,” jelas Khofifah.

Sebab itu, tandasnya, para relawan yang mendapat pelatihan terkait penanggulangan bencana ini diharapkan ketika kembali ke daerahnya masing-masing, dapat menularkan ilmunya sehingga dapat membantu dalam setiap permasalahan sosial dan bencana. Karena menurutnya, kemerdekaan adalah bagaimana memanusiakan manusia.

KONTAK KAMI (VIA E-MAIL)

Nama

Email *

Pesan *

Diberdayakan oleh Blogger.
Javascript DisablePlease Enable Javascript To See All Widget